Wanita itu tidak lain
tidak bukan hanya sebagai pembantu suami, tetapi suami bukanlah tuan kepada
isterinya, jadikanlah wanita itu bebas untuk mereka juga mengenal dunia seperti
mana sang lelaki mengenal dunia dan bebas bergerak, adakah menjadi satu kesalahan
kepada wanita untuk berjuang seperti lelaki dan menjadi satu kesalahan kepada
wanita untuk bergerak bebas seperti lelaki? Hak wanita disekat habis oleh
setengah golonga agamawan konservatif, malahan hak wanita juga disekat oleh
wanita sendiri yang minda mereka dan termakan dengan doktrin yang mengatakan
mereka hamba kepada lelaki. Bagi aku ini adalah satu kecacatan yang nyata dalam
agama Islam, iaitu agama yang membebaskan. Wanita hamba kepada suami? Wanita
itu adalah ratu dan pendamping suami bukanlah hamba nafsu seks suami.
1. Ketika suami menikah
lagi dan perempuan berusaha menerima (karena alasan ekonomi atau agama atau
alasan apapun), ia akan duduk sendiri di setiap malam dalam gelap kamar saat
suaminya tengah mendekap mesra seorang perempuan lain di ranjang lain. Ia
akan (mungkin) menangis karena terluka, tapi demi anak-anak ia akan berusaha
menerimanya dengan sabar.
2. Sebagai isteri ia
siap mengorbankan impian-impiannya demi mengurus suami (yang kadang bersifat
kekanak-kanakan dan minta diurus) dan anak-anak yang bandel.
3. Ketika suami mencela
masakannya, ia akan bersusah payah belajar masak dari siapapun untuk bisa
menghidangkan makanan dengan rasa terbaik pada suami dan anak-anaknya.
4. Ia bekerja 24 jam
sehari, 7 hari seminggu. Jam kerjanya tak berbatas. Ia bangun ketika siapapun
di rumah belum bangun, mulai bekerja, memasak, membersihkan rumah, mencuci
pakaian, lalu mengurus suami sebelum pergi kerja, mengurus anak-anak berangkat
sekolah, ketika pakaian kering di jemuran ia akan mengangkatnya dan menyetrika
dengan rapi.
5. Kemudian setelah
begitu capek mengurus rumah tangga, malam giliran memenuhi ini itu suaminya.
Mulianya seorang isteri adalah: tukang masak, tukang cuci, cleaning service,
babu dan wanita penghibur digabung jadi satu.
6. Ketika suaminya
menginginkan punya anak 4,5,6 atau 9 orang, ia sebagai isteri harus siap
menderita mengandung anak dan bertarung nyawa melahirkannya. Suami kadang tidak
terlalu paham penderitaan macam begini karena mereka tidak mengalaminya
7. Meski laki-laki tak
paham benar, tapi Allah Maha Mengerti, karena itulah ia memberi reward pada
pengorbanan perempuan. Bagi yang meninggal karena melahirkan anak, Tuhan
langsung memberinya surga. Bagi isteri yang setia bekerja mengurus rumah tangganya,
dengan sabar dan ikhlas, maka silahkanlah ia masuk surga dari pintu mana saja
ia suka.
Mulialah wanita
shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan
melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari
di surga.
Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya,
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah”. (HR. Muslim).
Semoga Bermanfaat
Aamiin Ya rabbal
'alamin...
Jangan meletakkan diskriminasi antara wanita dan lelaki, wanita itu banyak pengorbanan mereka, malahan di dalam Islam semasa zaman Rasulullah, wanita sangat dipuji Rasulullah, malahan anak rasulullah iaitu Fatimah sangat disayangi rasulullah sehingga ada satu hadith sesiapa yang menyakiti Fatimah ibarat menyakiti rasulullah. Malahan lihat juga perjuangan Siti Khadijah dan isteri-isteri rasulullah yang lain, mereka banyak berkorban di dalam dunia Islam dan mereka bebas untuk berdakwah dan bergerak, tetapi sekarang golonga agamawan merasakan wanita ibarat se-ekor singa yang buas yang perlu di kurung agar tidak membawa bala kepada ummat. Itulah dia sikap fikiran dogmatik yang masih ada didalam jiwa agamawan dan muslim era ini.